Minggu, 21 Maret 2010

Kesabaran yang Membawa Anugrah

Tak ada salahnya kita memutar kembali memori kita, mengingat kejadian-kejadian di mana manusia seakan-akan baru menyadari bahwa dirinya bukanlah segala-galanya. Harta yang selama ini dicari, dapat musnah hanya dalam hitungan detik. Bunga jemani yang selama ini dibangga-banggakan lenyap seketika. Rumah indah yang menjadi tempat berteduh, tidak tahu bagaimana bentuknya. Keluarga yang dicintai, entah berada di mana dan tidak tahu apakah masih bisa menghirup udara gratis yang Allah berikan, atau malah sudah berbeda alam dengan dirinya. Semuanya lenyap terbawa banjir, tertimbun oleh longsor. Lalu bagaimanakah sikap seorang muslim dalam menghadapi musibah yang menimpa? Haruskah merengek meminta segalanya untuk dikembalikan? Atau malah menyalahkan ketetapan-Nya?Semua itu adalah salah satu bentuk dari berbagai bentuk ujian yang Allah berikan kepada hamba-Nya, untuk mengukur seberapa besar kekuatan iman seorang muslim. Hal ini juga merupakan bentuk kecintaan Allah kepada hamba-Nya, yang sering disalah artikan sebagai bentuk kekejaman. Ingatlah, Allah tidak akan membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya. Allah  berfirman:"لَا يُكَلِّفُ اللَّهُ نَفْسًا إِلَّا وُسْعَهَا...""Allah tidak akan membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupnnya…" (QS.Al Baqoroh:286).Marilah kita bercermin kepada salah satu sosok mulia Ummul Mukminin yaitu Ummu Salamah. Dia seorang wanita yang memiliki harga diri yang tinggi dan cerdas. Ketika perang Uhud berkobar, Abu Salamah –suami Ummu Salamah sebelum Rasulullah - mengalami luka parah di lengannya. Dengan izin Allah, setelah beberapa hari mendapat perawatan, Abu Salamah pun sembuh. Akan tetapi, setelah beberapa lama luka yang menimpa Abu Salamah ketika perang Uhud terasa kembali. Sehingga membuatnya harus berbaring di tempat tidur. Suatu ketika, di masa sakitnya ia berkata kepada istrinya: "Wahai Ummu Salamah, aku pernah mendengar Rasulullah  bersabda: "Tidaklah seorang muslim tertimpa suatu musibah, lalu ia mengucapkan Innaa lillaahi wa innaa ilaihi rooji'uun (sesungguhnya kami adalah milik Allah dan kepada-Nyalah kami kembali). Kemudian ia berdo'a, Allahumma ajirni fi mushibati waklifli khoiron minha (Ya Allah, berilah aku pahala karena musibah yang menimpaku ini, dan berilah aku ganti dengan yang lebih baik darinya), melainkan Allah akan mengabulkan do'anya." Sebagai seorang isteri yang sangat mencintai suaminya, Ummu Salamah begitu sedih dan telah merasakan dekatnya ajal orang yang dicintainya. Maka, ia pun merawat dan menjaga suaminya dengan sabar dan kasih sayang tanpa sedikit pun berkeluh kesah.Hingga di suatu pagi, Rasulullah  datang menjenguk Abu Salamah. Dan belum sempat Rasulullah  berpamitan, Abu Salamah wafat. Rasulullah pun menutup kedua mata Abu Salamah dengan kedua tangannya yang mulia. Kemudian menengadahkan pandangannya ke atas seraya berdo'a: "Allahummaghfir li Abi Salamah warfa' darojatahu fi muqorrobin, wakhluf fi 'aqibihi fil ghobirin, waghfir lana wa lahu ya Rabbal 'alamin." ( Ya Allah, ampunilah Abu Salamah, masukkanlah dia ke dalam golongan orang-orang yang dekat dengan-Mu. Berilah dia pengganti di kalangan keturunannya, dan di kalangan mereka yang masih hidup, dan ampunilah kami dan dia, wahai Robb Semesta Alam ).Ummu Salamah menghadapi musibah ini dengan penuh keimanan, dan pasrah terhadap ketentuan Allah. Ketika ingat sabda Rasul yang disampaikan Abu Salamah, ia pun berdo'a, "Allahumma ajirni fi mushibati wakhlifli khoiron minhu" (…dan berilah aku ganti yang lebih baik dari padanya). Dia bertanya-tanya dalam benaknya, "Siapakah orang yang lebih baik dari Abu Salamah yang bisa aku harapkan?" Akan tetapi ia meneruskan do'anya semata-mata sebagai bentuk ibadah.Ketika masa iddahnya telah habis, para pemuka dari kalangan sahabat segera meminang Ummu Salamah. Akan tetapi semua lamaran mereka ditolak oleh Ummu Salamah. Namun ketika Rosulullah  meminangnya, Ummu Salamah menerima pinangan beliau. Sesaat kemudian ia teringat dengan do'a yang diajarkan Abu Salamah, "…wakhlufli khoiron minhu" (…dan berilah aku ganti yang lebih baik baik dari padanya)." Dalam hatinya pun Ummu Salamah berkata, "Memang beliaulah yang lebih baik dari pada Abu Salamah."  Begitulah seharusnya yang kita lakukan ketika kita tertimpa musibah, menghadapi musibah dengan penuh keimanan, kesabaran dan selalu meminta pertolongan hanya kepada Allah. Janganlah meminta pertolongan kepada selain-Nya, karena tidak ada yang berhak memberikan pertolongan kecuali Allah semata. Adapun meminta tolong kepada makhluk-Nya hanyalah sebagai perantara dalam memberikan sebuah pertolongan. Akan tetapi ketika seorang muslim meminta hanya kepada Sang Kholiq yang menciptakan makhluk-Nya, maka Allah tidak akan pernah bosan untuk mendengar dan mengabulkan, Allah tidak akan menyia-nyiakan usaha hamba-Nya dalam hal apa pun. Dan Allah-lah sebaik-baik tempat untuk meminta. Wallahu a'lam bishowwab

2 komentar:

Anonim mengatakan...

Alhamdulillah bagus

HIDAYATURRAHMAN's ZONE mengatakan...

Syukron..

Posting Komentar