Rabu, 06 April 2011

MENUMBUHKAN EMPATI ANAK

Senang rasanya melihat anak kita berceloteh tentang rasa kasihannya kepada temannya yang sedang sakit, berarti anak kita telah memiliki rasa kepekaan terhadap teman-temannya. Maka tugas kita selanjutnya adalah mengembangkan sifat ini sehingga akan mendarah daging dalam diri anak kita.
Hadirnya seorang anak akan menjadi bukti aktualisasi orang tua dalam bermasyarakat dan menjadi tabungan untuk kehidupan selanjutnya. Oleh karena itu dibutuhkan suatu panduan khusus yang syar’i untuk membentuk pribadi anak. Empati adalah wujud pemahaman anak terhadap apa yang dirasakan orang lain. Para psikolog berpendapat, pada dasarnya setiap anak sudah memiliki kepekaan (empati) pada dirinya. Persoalannya tergantung bagaimana cara orang tua mengasahnya sehingga empati itu bisa menjadi bagian dari karakter dan kepribadian anak. Berikut beberapa cara untuk para orang tua yang berkeinginan mengasah empati anak :
 Peka terhadap perasaan orang lain
Orang tua harus sering mengajak berbicara sang anak tentang berbagai macam perasaan yang sedang dihadapi orang lain. Katakan sesering mungkin agar anak dapat merasakan kesedihan atau kesenangan yang dirasakan orang lain.
 Membayangkan seandainya ia adalah aku
Ajaklah anak untuk membayangkan seandainya dirinya adalah orang yang mengalami penderitaan. Rangkailah kalimat yang bisa menggugah perasaan anak sehingga ia dapat membayangkan apa yang ia lihat.
 Berlatih mengorbankan barang milik sendiri
Melatih anak untuk terbiasa memberikan apa yang ia miliki kepada orang lain. Atau bersedekah dengan menggunakan uang dari ibu, lebih baik beri anak uang saku yang cukup, dengan catatan harus disisihkan beberapa untuk amal. Sehinggga ia telah beramal dengan uangnya sendiri hasil dari tabungannya.
 Membahagiakan orang lain
Ketika anak sudah mulai bisa memberikan sebagian miliknya kepada orang lain, lengkapi dengan hasil akhir yang memuaskan . yaitu dengan menunjukkan akibat perbuatan yang ia lakukan, tunjukkan kepadanya bahwa perbuatannya membuat orang lain bahagia. Sebagaimana sabda Rasulullah,
الرَّاحِمُوْنَ يَرْحَمُهُمُ الرَّحْمَانُ, اِرْحَمُوْا مَنْ فِيْ الأَرْضِ يَرْحَمْكُمْ مَنْ فِيْ السَّمَاءِ (رواه الترمذي و أبو داود)
“Orang-orang yang mengasihi akan dikasihi oleh orang yang Maha Pengasih. Kasihilah oleh kalian siapa yang ada di bumi, niscaya kalian akan dikasihi oleh yang ada di langit.” (HR. Tirmidzi dan Abu Dawud)
 Melatih keberanian anak dalam mengeluarkan pendapat
Hal ini memiliki peranan penting yang berkaitan dengan kejiwaan anak. Walaupun pendapat mereka sangatlah biasa atau bahkan melenceng. Namun kita harus tetap memberikan kesempatan untuk mengungkapkan apa yang ada dalam benak mereka. Karena, hal tersebut sangat menentukan pembentukan kepribadian anak.
 Melatih anak untuk berdiskusi
Latihan ini bertujuan agar anak tidak merasa rendah diri saat mencari solusi, akan tetapi mereka akan memiliki keberanian dalam menyelesaikan persoalan-persoalan yang ada dan mampu menjelaskan tentang yang benar dan yang salah.
 Mempersiapkan kepribadian anak
Mempersiapkan kepribadian anak secara mental, rasional, dan spiritual untuk menghadapi persoalan-persoalan di masa mendatang.
Beri anak kesempatan untuk menikmati kebahagiaan dari upayanya berbuat sesuatu yang bisa membahagiakan orang lain. Dengan cara ini, akan tumbuh kepercayaan diri mereka untuk terbiasa membahagiakan orang lain, dalam bentuk yang lebih luas.
Hal-hal yang perlu dilakukan oleh orang tua adalah dengan memberikan keteladanan, jangan terlalu membatasi pergaulan anak, dan jika memungkinkan, ajak anak untuk melihat kehidupan yang sangat berbeda dengan kehidupan yang dijalaninya, ajak anak untuk lebih peduli dan bertanggung jawab, tak lupa libatkan pula ia dalam kegiatan-kegiatan sosial.
Referensi:
 Musthafa, Fuhaim, 2008, Rahasia Rasul Mendidik Anak, Qudsi Media
 Choiran, Ahmad Marzuki, 2000, Anak Shaleh Dalam Asuhan Ibu Muslimah, Mitra Pustaka
 Pendidikan Anak Dalam Islam, Dr. Abdullah Nashih Ulwan
 http://www.humairo.inef.id/ 14032011, 11:32

0 komentar:

Posting Komentar