Senin, 07 Maret 2011

JAdilah Engkau SEkuntum Melati

“Kok akhwat itu nggak enak diajak ngomong yah?” “Akhwat itu haram ngomong yah, kok gak pernah deh sharing atau diskusi sama aku” “Iiih, so alim banget. Baru pake jilbab gede aje sombong” “Duh, sayang banget yah. Wajah cantik, akhwat, kok gak enak di ajak ngomong” “Apa memang islam itu kaku?” Jika frame (sikap) akhwat seperti itu, bagaimana akan mencari simpatisan yang lebih banyak atau minimal pro lah??? Mereka ibarat bunga melati plastik, indah rupa namun tidak ada ruhnya. Hanya sekedar pajangan dan bila sudah berubah warna karena debu atau kotoran, dibuang begitu saja. Memang sih ada akhwat yang terlihat supel. Namun jarang ditemukan, padahal justru yang supel itulah yang disenangi oleh masyarakat pada umumnya. Lalu bagaimana sejatinya seorang muslimah itu bersosialisasi dalam masyrakat? Sebagai bagian dari masyarakat, seseorang dituntut untuk mampu berinteraksi dengan lingkungan sekitar. Begitu pula dengan seorang muslimah (akhwat), karena ia juga termasuk bagian dari sekelompok masyarakat. Ia mempunyai hak dan kewajiban terhadap tetangga dan masyarakat di sekitarmya. Wanita muslimah yang berada di bawah bimbingan agamanya menyadari petunjuk Islam menenai sikap hidup bertetangga, bahkan Islam telah menempatkannya pada posisi yang sangat tinggi yang tidak pernah didapati orang pada agama-agama lain selain Islam. Allah berfirman: “Sembahlah Allah dan janganlah kalian mempersekutukan-Nya dengan sesuatu pun. Dan, berbuat baiklah kepada kedua orang tua, karib kerabat,anak-anak yatim, orang-orang miskin, tetangga yang dekat dan tetangga yang jauh,teman sejawat, ibnu sabil, dan hamba sahaya kalian….” (QS. An-Nisa’: 36) Rasulullah bersabda: “Senantiasa Jibril berpesan kepadaku tentang (hidup) bertetangga, sampai aku menyangka bahwa dia akan mewarisinya.” (Muttafaq Alaihi) Mencintai Tetangga Seperti Mencintai Dirinya Sendiri Wanita Muslimah yang senantiasa membuka dirinya bagi hidayah Allah akan selalu berhati lembut, berperangi halus, dan sangat mnecintai tetangganya serta memiliki kepekaan perasaan terhadap hal-hal yang dapat menyakiti mereka atau merusak kehormatan mereka atau dapat mencoreng nama baik mereka. Dan tak pernah lepas dari ingatan wanita muslimah untuk mambantu tetangganya yang hidup kesulitan dengan memberikan sesuatu, hadiah, atau hibbah. Atau setiap kali masakannya tercium oleh mereka sehingga mereka menginginkannya padahal mereka tidak mempunyai kemampuan untuk membuat seperti masakannya itu, maka dia akan mengirimkan sebagian masakannya itu kepada mereka. Rasulullah bersabda: “Apabila engkau memasak sayur, maka perbanyaklah airnya, kemudian perhatikanlah anggota keluarga tetanggamu, lalu berilah mereka dengan cara yang baik.” (HR. Muslim) Berbuat Baik Kepada Tetangga Yang Muslim Dan Non-Muslim Sesuai Kemampuan Wanita muslimah yang beraqidah baik ia akan selalu berbuat baik kepada tetangganya baik muslim maupun non-muslim. Mereka tak pernah memberikan bantuan itu secara berlebih-lebihan, melainkan hanya semampunya saja, meskipun hanya sedikit. Rasulullah bersabda: “Wahai sekalian wanita muslimah, tidak diperbolehkan seorang tetangga mengabaikan tetangganya yang lain (tidak mau membantunya), meski hanya sedikit.” (HR. Muttafaq Alaihi) Allah berfirman: “Dan barang siapa berbuat kebaikan seberat dzarrah pun, niscaya dia akan melihat balasan(nya).” (QS. Az-Zalzalah: 8) Wilayah berbuat baik kepada tetangga itu sangat luas bagi seorang wanita muslimah, tidak hanya pada kerabat dekat atau adanya ikatan agama, tetapi meluas sampai kepada tetangga non-muslim, sesuai dengan syari’at (ajaran) islam, dan selama mereka tidak menyakiti atau memusuhi kaum muslimin. Allah berfirman: “Allah tidak melarang kalian untuk berbuat baik dan berlaku adil terhadap orang-orang yang tidak memerangi kalian karena agama dan tidak pula mengusir kalian dari negri kalian. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang berlaku adil.” (QS. Al-Mumtahanah: 8) Tidak Segan Untuk Menyebarkan Kebaikan Kepada Tetangga Wanita muslimah yang beraqidah mulia tidak hanya cukup tidak menyakiti tetangganya, tetapi dia juga selalu memberikan dan menyebarkan kebaikan kepada mereka. Ibarat bunga melati yang kehadirannya menyegarkan suasana dengan keharuman yang terpancar dari akhlaknya, bukan sekadar dari tetesan parfum yang menempel di tubuhnya. Walaupun kecil, bunga melati mampu memberi arti untuk orang banyak. Begitu pula dengan seorang muslimah, walaupun dengan keterbatasan gerak, namun mampu menembus peradaban dengan tunduk patuhnya pada aturan Allah. Kelemahlembutannya menjadi modal utama untuk mendidik dan membentuk generasi baru yang akan meneruskan peradaban umat manusia, generasi Rabbani. Keberadaan Muslimah mampu menjadi penyejuk, terapi bagi jiwa-jiwa yang memerlukan, khususnya bagi keluarganya dan orang-orang yang ada di sekitarnya. Menundukkan pandangan dan hijab yang melindungi diri menjadi ciri khasnya. Kemana pun dan dimana pun Muslimah berada, orang akan mudah mengenalinya. Bukan karena ia keturunan orang penting atau terpandang, cantik atau berharta melimpah, namun karena ketawadhuan dan kemuliaan akhlaknya serta kecerdasan akal fikirannya. Sudah saatnya kaum wanita, khususnya Muslimah, untuk bangkit! Tidak menjadikan lebarnya kerudung sebagai penghambat untuk berkarya. Ma’al Bahjah Wa Tamanniyat…

0 komentar:

Posting Komentar