Kamis, 10 Desember 2009

Hukum Ziyarah Kubur Bagi Wanita

Keluarnya seorang wanita itu diperbolehkan jika untuk memenuhi kebutuhan. Jika dengan keluarnya wanita itu berupa hajiah atau kebutuhan yang sangat mendesak itu tidak ada larangan kecuali jika hanya untuk berfoya-foya atau keluar untuk hal-hal yang bersifat tidak perlu. Nah, untuk keluarmya seorang wanita untuk berziarah kubur jika ia berniat untuk lebih mengingat kematian dan dapat meningkatkan keimanan itu diperbolehkan.
Disyariatkannya ziarah kubur adalah sebagai nasehat dan mengingat kematian dan hal-hal yang berhubungan dengannya. Sebagaimana sabda Rasulullah:
كُنْتُ نَهَيْتُكُمْ عَنْ زِيَارَةِ الْقُبُوْرِ فَزُوْرُهَا (تذكركم اللأخرة )
“Saya telah melarang kalian untuk menziarahi kuburan kemudian berziarahlah”
Hukum ziarah kubur bagi wanita ada tiga pendapat ulama’:
1. Haram
2. Makruh
3. Mubah, tidak makruh sedikitpun yaitu riwayat Imam Ahmad, Imam Malik, sebagaian pengikut Imam Hanafi. Ini adalah pendapat yang rajih yaitu dengan syarat hendaknya si waniat tersebut menjadikan ziarah kubur sebagai pengingat kematian yang dapat memberikan motivasi kepadamya untuk beramal, serta menjauhi hal-hal yang diharamkan seperti meratap, bertawassul kepada orang yangtelah meninggal, menabur bunga dengan niat agar si mayit dapat terhibur, menyiram kuburan dengan air dengan niat agar mayit tidak merasa kehausan, dan berbagai macam hal-hal yang diharamkan lainnya.
DALIL YANG MEMBOLEHKAN WANITA BERZIARAH KUBUR
a. Hadits Aisyah
مَرَّ النَّبِيُّ صلي الله عليه وسلم بِامْرَأَةٍ تَبْكِي عِنْدَ قَبْرٍ فََтَالَ لَهَا: (اِتَّقِي اللهَ وَاصْبِرِي....) فَلَمْ يَنْهَهَا عَنِ الزِّيَارَةِ رواه البخاري و مسلم
“Nabi Muhammad melewati seorang perempuan yang sedang menangis di samping kuburan, beliau bersabda: “bertaqwalah kepada Allah dan bersabarlah...” kemudian Rasulullah tidak melarangnya” (H.R. Bukhori dan Muslim)
b. Aisyah menziarahi kuburan saudara laki-lakinya
عَنِ ابْنِ أَبِي مَلِيْكَةِ أَنَّ عَائِشَةَ أَقْبَلَتْ ذَاتَ يَوْمٍ مِنَ الْمَقَابِرِ,فَقُلْتُ لَهَا: يَا أُمَّ الْمُؤْمِنِيْنِ, مِنْ أَيْنَ أюقْبَلَتِ؟ قَالَتْ: مِنْ قَبْرِ أَخِي عَبْدُ الرَّحْمَن أَبِي بِكْرٍ, فَقُلَْتُ لَهَا: أَلَيْسَ كَانَ رَسُوْلُ اللهِ صلي الله عليه وسلم نَهَى عَنِ زِيَارَةِ الْقَبْرِ ؟ قاَلَتْ: نَعَمْ, كَانَ نَهَى ثُمَّ أَمَرَ بِزِيَارَتِهَا
“Dari Ibnu Abi Malikah bahwa sanya pada suatu hari saya bertemu dengan Aisyah yang datang dari pekuburan, maka saya bertanya kepadanya: dari mana engkau wahai Ummul Mu’minin? Beliau menjawab: saya dari kuburan saudaraku Abdurrahman bim Abu Bakr, saya bertanya lagi: bukankah Rasulullah telah melarang untuk menziarahi kuburan? Beliau menjawab: ya,Rasulullah telah melarangnya kemudian memerintahkannya”
c. Perkataan Aisyah kepada Rasulullah:
كيف أقول يا رسول الله ؟ تعني إذا أتت المقابر قال: قول السلام على أهل الديار من المؤمنين و المسلمين و يرحم الله المستقدمين منا و المستأخرين و إنا إن شاء الله بكم لاحقون
“Apa yang harus saya ucapkan jika saya melewati kuburan ya Rasulullah? Ucapkanlah: keselamatan atas kalian wahai penduduk kuburan dari golongan orang mu’min dan orang muslim dan Allah tekah merahmati golongan terdahulu dan terakhir dan jika Allah menghendaki kita akan bertemu”
Pembolehan wanita untuk berziarah ke kuburan itupun dengan syarat-syarat berikut ini:
 Berziarah kubur dengan niat untuk mengingat akhirat
 Izin kepada suami atau wali
 Tidak bertabarruj
 Tidak melakukan kesyirikan ataupun kebid’ahan-kebid’ahan
 Tidak meratapi sang mayit
 Tidak mengkhususkan pada hari-hari tertentu saja
Adapun hukum mengantarkan jenazah bagi wanita itu dilarang. Sebagaimana sabda Rasulullah yang diriwayatkan oleh Umu Athiah, beliua berkata:
نُهِنَا عَنْ اِتِّبَاعِ الجَنَائِزِوَلَمْ يُعْزَمْ عَلَيْنَا (رواه البخاى)
“Kami pernah dilarang untuk ikut mengantarkan jenazah dan itu tidak diperketat bagi kami”
Hadits ini menunjukkan bahwa Rasulullah tidak memperketat larangan bagi kaum wanita untuk ikut mengantarkan jenazah, seperti pengetatan yang terjadi pada larangan-larangan lainnya. Secara lahiriyah, larangan itu lebih bersifat anjuran, demikian menurut Al-Qurthubi. Pendapat yang sama dikemukakan oleh jumhur ulama.
Jadi, hukum mengantarkan jenazah bagi wanita itu dibolehkan tapi sedikit diperketat dibandingkan dengan hukum berziarah wanita yaitu diperbolehkan.




Reference:
o Al-Qur’an Alkarim
o Fikih wanita
o Fikh Sunnah Linnisa’

0 komentar:

Posting Komentar